Senin, 25 Oktober 2010

Nabi ISA as


NABI ISA
Ia bergelar Almasih dan dipanggil Ibnu Maryam, putra Maryam
Nabi Isa a.s. diutus Allah Swt. sebagai nabi dan rasul. Ia lahir tanpa ayah, tetapi bukan karena zina. Sejak masih bayi, ia berperilaku lain dari teman sebayanya.
Pada usia 12 tahun, ia menuntut ilmu dengan menghadiri diskusi para ulama di Baitulmakdis. Pada usia 30 tahun, ia menerima tugas kenabian di Bukit Zaitun.
Ketika itu ia sedang beribadah bersama ibunya dan dikelilingi oleh malaikat.
Maryam sudah tahu bahwa putranya akan mendapat tugas kenabian ketika hal itu diberitahukan kepadanya. Setelah menerima wahyu berupa Injil
ia memaklumkan kerasulannya kepada Bani Israil. Namun, para pemuka agama marah, lalu menuntut agar Nabi Isa membuktikan kerasulannya.
Ia menunjukkan sejumlah mukjizat yang memperkuat dakwahnya.
Al-Qur'an menegaskan bahwa Isa sama sekali tidak memiliki sifat ketuhanan, dan bukan "putra Tuhan." Islam menolak gagasan trinitas, yang menganggap Isa sebagai Tuhan
Nabi Isa hanya mengaku diri sebagai nabi dan rasul, dan tidak pernah sebagai Tuhan. Ia malah percaya kepada Allah Swt., pencipta alam semesta, termasuk pencipta dirinya.

KELAHIRAN NABI ISA
Usia kandungan Maryam semakin dekat pada hari kelahiran. Maryam keluar dari daerah pengasingannya untuk menyelamatkan diri serta bayi yang dikandungnya.
Maryam semakin merasakan gerak bayi dalam kandungannya. Geraknya semakin lama semakin kuat. Karena merasa sakit, Maryam membaringkan diri.
Pada saat itulah lahir seorang anak dari rahimnya. Bayi ini adalah Isa bin Maryam.

BAITULLAHAM
Setelah melahirkan, Maryam merasa lapar dan haus. Ia menggoyang-goyangkan pohon kurma
lalu memakan buah kurma yang terjatuh, dan minum air sungai yang mengalir dekat pohon kurma tempatnya bersandar. Ia bersyukur kepada Allah Swt.
karena diberi kemudahan ketika melahirkan putranya. Tempat kelahiran Isa disebut Baitullaham (Bethlehem), yang berarti "tempat lahir".
Kota ini terletak sekitar 9,5 km di selatan Yerusalem. Ketika Nabi Isa lahir, Israil dijajah oleh bangsa Romawi.

BAYI PANDAI BICARA
Beberapa hari setelah kelahirannya, Nabi Isa dibawa pulang ke kampung ibunya. Orang kampung berdatangan melihat putra Maryam.
Mereka mencemoohkan Maryam karena membawa bayi tanpa ayah. Mereka menuduhnya berbuat zina, padahal ia berasal dari keluarga baik-baik.
Maryam tidak menanggapi tuduhan itu, tetapi memberi isyarat kepada bayinya. Tiba-tiba, bayinya menjawab bahwa tuduhan itu tidak benar.
Jawaban ini berhasil membungkam mulut mereka. Begitulah Allah Swt. memperlihatkan kekuasaan-Nya.
Nabi Isa dikhitan pada usia 8 hari, sesuai dengan syariat para nabi sejak Nabi Ibrahim.

HAMBA TUHAN
Maryam lahir dari keluarga Imran. Maryam berarti "tidak bercela," juga bisa berarti "hamba Tuhan." Ia diasuh oleh Nabi Zakaria setelah ayahnya meninggal.
Ketika berada di sebuah mihrab, Maryam didatangi oleh seorang malaikat untuk memberinya seorang putra suci. Maryam terkejut karena ia tidak pernah disentuh oleh laki-laki.
Ia khawatir akan dicemoohkan jika ternyata ia hamil. Ketika kandungannya semakin besar, ia menjauhkan diri dari Baitulmakdis.
Ia pindah ke desa kelahirannya, Nasirah (Nasaret). Maryam melahirkan seorang bayi tanpa suami

HERODUS
Orang Yerusalem mengenal Nabi Isa sebagai pemuda yang cerdik, pintar, berani, tegas dalam membela kebenaran, dan tidak pernah tunduk dalam menghadapi kebatilan. Sikap dan pendirian ini diketahui oleh Raja Herodus yang berkuasa di Palestina. Ia menganggap Nabi Isa sebagai musuh utama yang bisa mengancam kedudukannya.
Herodus pun memutuskan untuk membunuh Nabi Isa. Rencana jahat ini sampai ke telinga Maryam. Oleh karena itu, Maryam segera menyelamatkan putranya dengan mengungsi ke Mesir.
Maryam dan Nabi Isa tinggal di Mesir selama 12 tahun. Setelah Raja Herodus wafat, Nabi Isa dan ibunya kembali ke Palestina. Mereka menetap di Nasirah (Nasaret).
Sebutan "Nasrani" (orang dari Nasirah), yakni pengikut Nabi Isa, berasal dari nama tempat ini.

BUKIT ZAITUN
Pada usia 30 tahun, Nabi Isa a.s. sering pergi ke luar rumah untuk mengasingkan diri dari keramaian, membersihkan nurani, dan mencari pencerahan jiwa.
Ketika menuju ke Bukit Zaitun, Nabi Isa jatuh terduduk dekat sebuah batu besar. Tiba- tiba ada yang datang menghampirinya, lalu memintanya menjadikan batu besar itu roti. Namun, Nabi Isa tidak mengabulkannya. "Kebesaran Tuhan hanya ada pada Allah," kata Nabi Isa.
Mendengar jawaban ini, "orang" itu yakin bahwa iman Nabi Isa tetap teguh, lalu ia pun menghilang.
Nabi Isa sadar bahwa yang menghampirinya itu adalah iblis yang ...